Opini: Pentingnya proses kreatif dalam ber-arsitektur


Proses kreatif merupakan salah satu stimulus terpenting dalam proses perancangan arsitektur. Biasanya mahasiswa baru jurusan arsitektur dikenalkan dan diberi tugas terus menerus untuk memancing terjadinya proses kreatif ini. Kepekaan terhadap bentuk, rupa, posisi komposisi, ritme, warna, tektur, dan lainnya adalah hal yang mutlak bagi seorang arsitek.

Nirmana (Seperti yang telah dimuat pada artikel sebelumnya) hanyalah salah satu bagian kecil dari cara menstimulus proses kreatif itu terjadi. Sayangnya, pada umumnya proses eksplorasi yang “menyenangkan” ini terhenti di semester-semester pertengahan saat kuliah. Setelahnya, mahasiswa dianggap sudah terbiasa kreatif dan lebih diarahkan pada hal-hal yang terkait teknis dan spesifik tentang bangunan.

Hal tersebut wajar saja terjadi, mengingat begitu banyaknya kriteria dan kecakapan yang harus dikuasai oleh seorang mahasiswa untuk menjadi arsitek. Namun seharusnya proses kreatif tersebut tidak sepenuhnya teralihkan kepada hal-hal yang berbau teknis. Seorang mahasiswa harus dapat meluangkan waktunya untuk tetap “berlatih” kreatif yang tidak terikat project di luar program kuliahnya.

Hal ini akan terasa begitu penting saat kesulitan melakukan inovasi terbaru dalam proses desain. Karena jika desain hanya menyelesaikan masalah pada penerapan standar saja, tentu akan menghasilkan karya yang biasa-biasa saja dan lama-kelamaan akn membosankan. (Next on: Tipe permasalahan dalam desain arsitektur dan proses penyelesaiannya). Proses “abstraksi” dasar akan lebih mudah untuk menemukan desain yang inovatif dan tidak biasa. Hal ini bisa kita buktikan dengan melihat proses eksplorasi para arsitek senior di dunia profesional. Sebut saja Renzo Piano, Calatrava, Frank Gehry, dan lain lain. Mereka memberi banyak porsi untuk proses kreatif, baru kemudian hal teknis diselesaikan oleh tim paa proses selanjutnya.

Mungkin yang menjadi masalah besarnya adalah: Kapan waktunya?
Ya, masalah waktu luang memang menjadi perkara tersendiri bagi mahasiswa arsitektur. Begitu banyaknya tugas yang bahkan “merenggut” hari libur. Siang dan malam. Lalu bagaimana menyisihkan waktu untuk ~bersantai dengan proses kreatif?
Salah satu solusinya adalah menggunakan sela-sela waktu saat mengerjakan tugas. Menjadikan jam istirahat 1-2 jam untuk beribadah, makan, dan duduk bersantai. Istirahat ini justru sangat penting, karena kondisi yang fresh umumnya akan membuat pekerjaan lebih efektif pada sesi selanjutnya. Nah, manfaatkan waktu istirahat ini sekaligus untuk “nyeleneh” melakukan hal kreatif.

Makan sambil main rubik, tiduran sambil lihat inspirasi desain di internet, duduk-duduk di studio sambil mainan plastisin (malam) atau clay, duduk santai di pojok kampus sambil membuat sketsa bebas, why not?!!!
Itu semua mungkin saja dilakukan dan jangan memaksakan diri untuk terus terkekang dengan tugas. Walaupun perlu diingat, jangan terlena dengan proses sekunder dan melalaikan tugas utama yang sedang dikerjakan. Tapi percayalah, rileks justru akan membuat tugas anda lebih cepat selesai. Rileks dengan pendirian yang baik.  Kalau anda, bagaimana ide anda? :D

————————-
Gambar di atas adalah salah satu karya paper origami kreatif yang dibuat oleh Ekaterina Lukasheva. Melihat-lihat karya kreatif seperti ini bisa memberi inspirasi tentang bentuk menarik dan kaitnnya dengan konstruksi 3 dimensinya. Selamat berimajenasi! :)

Comments

  1. Jangan terlena hingga melalaikan tugas...jadi pengingat ni bang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yupp..
      Terimakasih sudah membaca mb LUSI DAN.. πŸ™πŸΌ

      Delete
  2. Masalahnya faktor sendiri. Ada kemauan untuk berubah tapi malas untuk bergerak...

    Gambarnya keren, dikira batik atau ukiran kayu... Stelah mendapat penjelasan ternyata origami. Mantap betul

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, yupp. Semangat bergerak itu memang selalu mahal.
      Terimakasih sudah berkunjung, MANILOKA! ^^

      Delete
  3. Replies
    1. Iya Terimakasih. Nanti saya sampaikan ke mbak mimin Arsilogi. Hahaha πŸ™ŠπŸ™ˆ

      Delete
  4. Pas buka dan lihat gambarnya, kepalaku pusing, Pak. Apakah ini artinya mataku telah menua? ��

    ReplyDelete
  5. Wah, origaminya mantapπŸ‘ jurusan arsitektur ya kak?
    Bagus nih, luangkan sedikit waktu untuk sedikit "nyeleneh"πŸ‘

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, emang udah pro itu si Ekaterina yg buat,

      Iya arsi, Terimakasih ya sudah mampir kemari.. Selamat Membaca..!

      Delete
  6. Cita-citaku dl pingin jadi arsitek, sekarang tinggal mimpi
    11 12 sama menulis lah, sama2 mendesain 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semangat terus hidupkan mimpi YENNI, masing-masing kita punya jalan yang indah untuk dilalui dengan semangat. ^^

      Delete
  7. Mata saya tertumbuk pada kata "dianggap kreatif".

    Semacam kemampuan dasar yang harus dicapai. Ini bisa jadi catatan penting bagi semua mahasiswa atau calon mahasiswa arsitek nih. Dan catatan berikutnya melengkapi. Meski proses menyenangkan itu berhenti atau dipaksa untuk dihentikan. Bukan berarti mereka (baca: mahasiswa) juga harus menghentikan proses kreatif. Karena mereka masih bisa mencari stimulan lain di luar proses perkuliahan.

    Wahhh, luar biasa kak...

    ReplyDelete
  8. Wah ternyata dunia arsitek seru juga ya, ada proses kreatif yang harus terus diasah, itulah mengapa, rata-rata arsitek itu pandai menggambar ya...? πŸ™

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih sudah berkunjung, LIA! :)
      Iya, walaupun tidak semua memiliki keahlian tinggi, kemampuan akan terasah seiring seringnya bersingggungan dengan dokumen perancangan yang berupa gambar.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cara Menghitung Estimasi Kebutuhan Air Bersih pada Gedung Bertingkat Banyak

Sekilas tentang Vidya Spaey, Arsitek Perempuan Indonesia yang Mendunia

Rumah Semilir [House Design]