Asal Usul Banyuwangi: Cerita rakyat versi Arsilogi


|| Perhatian: cerita dibawah ini adalah sepenuhnya rekaan semata, dan merupakan cerita rakyat yang sudah diubah dalam rangka memenuhi tantangan 4 #ODOPbatch7. Pengubahan yang dilakukan tidak bertujuan untuk menimbulkan misleading atau memojokkan pihak manapun. Terimakasih ||

Tokoh: 
-Raja Banterang
-Surati (Istri Raja Banterang)
-Rupaksa (Kakak kandung Surati)

Asal Usul Banyuwangi: Cerita rakyat versi Arsilogi

Suatu hari, di sebuah daratan wilayah Jawa Timur. Raja Banterang bersama para pengawalnya sedang berburu di hutan. Tiba-tiba seeko kijang melesat dan Sang Raja mengejar serta mencoba memanahnya. Raja Banterang terpisah dari rombongan pengawalnya.

Alih-alih menemukan kijang yang ia panah, Sang Raja justru menemukan seorang gadis yang terlihat lemah dan penuh luka tak berdaya. Raja mengangkat gadis itu dan membawanya kembali ke kerajaan. Setelah siuman, diketahui bahwa nama gadis itu adalah Surati, seorang gadis dari desa tetangga yang keluarganya menjadi korban perang dan orang tuanya tewas. Sang raja pun merasa iba dan berniat menikahinya. Surati tak keberatan, dan pernikahan pun terjadi.

Suatu hari, secara tidak sengaja Surati bertemu Rupaksa, kakak kandungnya. Rupaksa mengatakan bahwa suami Surati (Raja Banterang) adalah orang yang sudah membutuh orang tua mereka. Rupaksa terus memohon Surati untuk balas dendang dengan meracuni Sang Raja.

Surati menolak, Rupaksa tak bisa memaksa. Sebagai gantinya, Rupaksa meminta Surati untuk membawa sebuah senthir (semacam lampu kecil dengan nyala api) sebagai oleh-oleh darinya. "Cobalah pakai ini di meja kamarmu, niscaya kamarmu terasa lebih terang adikku", ucap Rupaksa.
Surati menerimanya dan mereka berpisah.

Tanpa diketahui Surati, Rupaksa menemui Raja Banterang dan mengatakan bahwa Surati berniat membunuhnya. Sang Raja tidak percaya, namun Rupaksa menyakinkan, "Periksalah meja di kamarmu!, niscaya kau temukan sebuah senthir yang minyaknya mengandung racun!"

Raja Banterang pun bergegas menengok kamarnya dan menemukan senthir seperti yang disampaikan Rupaksa. "Ternyata benar kamu berniat membunuhku Surati??!!". Raja hendak membanting senthir itu, namun Surati menangkapnya sebelum pecah di lantai. Surati yang belum sempat menjelaskan langsung diarak pengawal dengan senthir itu diikatkan pada pinggangnya menuju sebuah air terjun yang ada danau di bawahnya. Perjalanan menuju air terjun itu melalui hutan, semak, dan kebun bunga.

Surati yang sambil terus menangis mencoba mengapai bunga-bunga di sekitarnya. Masih tak percaya atas apa yang menimpanya. Sebenarnya, baik Sang Raja maupun Surati belum memastikan apakah minyak yang ada dalam senthir itu. Namun Raja dan Semua pengawal berniat menyeburkan Surati di depan seluruh masyarakat ke air terjun sebagai pembelajaran atas pengkhianat.

Tepat sesaat sebelum adegan "dibunuh" itu, surati memberanikan diri menyampaikan idenya. Bertaruh atas nasibnya sendiri.
"Wahai Raja!!, Suamikuu!!, Bagaimana jika kubuktikan bahwa tuduhan ini salah??!. Akan kulemparkan senthir ini ke air terjun, dan jika ikan-ikan di danau mati, maka benar aku berniat meracunmu. Namun bila wangi semerbak yang tercium, maka aku sungguh tidak ingin membunuhmu!".

Sang Raja Setuju, Surati pun melemparkan senthir itu bersamaan dengan beragam bunga yang ia gapai selama diarak. Tanpa diduga, entah apa yang terjadi danau yang ada di bawah air terjun justru berubah jadi wangi dan tak ada ikan yang mati. Surati pun kembali dipercaya, hidup bahagia bersama raja dan kerajaan berhasil menangkap Rupaksa.

Tanpa disadari, "racun" yang dimasukkan Rupaksa ke dalam senthir itu ternyata adalah etanol. Senyawa yang didapatnya dari fermentasi tumbuhan liar di hutan, yang ternyata juga bahan dasar ekstraksi parfum. Dalam jumlah yang pekat memang beracun, namun jika dicampurkan dengan kelopak bunga dan air akan menjadi parfum yang begitu wangi. **

Danau yang wangi itu pun menjadi daya tarik desa dan wilayah sekitar. Selama 2-3 hari harum semerbak menyebar dan mereka menggunakannya untuk pewangi badan. Menjadi awal mula parfum alami di daerah Jawa, dan semua orang menyebut daerah kerajaan Banterang itu dengan BANYUWANGI. Banyu artinya air, dan wangi berarti harum.

(/wir)

------------
**Swear, ini sangat ngarang ya sodara-sodara. Data komposisi yang bener bisa dicari di referensi atau tanyain ke sutradara Breaking Bad. LoL

Comments

  1. Naruh jejak, kang... Solidaritas sebagai sesama pejuang deadline detik detik terakhir... Wkwkwkw

    ReplyDelete
  2. Wkwkkwkw pejuang DL, sampai-sampai keliru ngetik. Harusnya dendam kenapa berubah menjadi dendang? Ahahhahaha tossss kita samaaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahahaha, seakan typo sudah menjadi bagian hidup ini mbak.. hehe

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cara Menghitung Estimasi Kebutuhan Air Bersih pada Gedung Bertingkat Banyak

Sekilas tentang Vidya Spaey, Arsitek Perempuan Indonesia yang Mendunia

Rumah Semilir [House Design]