Mengenal Dasar-dasar Fotografi Arsitektural

Selain tugas dan perannya sebagai perancang, seorang arsitek juga pada dasarnya seorang penikmat visual. Menyukai hal-hal baru, estetika baru, dan suasana baru adalah hal yang melekat pada pribadi seorang arsitek. Maka tak jarang, jalan-jalan menjadi salah satu hobi arsitek. Walaupun tidak setiap arsitek memiliki keahlian tinggi dalam memotret, fotografi adalah hal yang penting dalam membangun sense yang baik untuk penyajian desain atau sekedar mengabadikan momen walaupun dengan kemampuan dasar.

Nah, tentu saja ada banyak sekali hal yang menjadi bagian dunia fotografi. Mulai dari hal prinsip hingga berbagai hal yang remeh namun sangat berpengaruh saat pengambilan gambar. Semua tidak bisa didapatkan kecuali dengan banyak belajar dan terus berlatih, karena memotret merupakan keahlian yang sangat bergantung pada seberapa banyak prakteknya. Nah, dalam kaitannya dengan arsitektur, yang menjadi objek fotografi adalah bangunan dan elemen pendukung di sekitarnya. Berikut beberapa poin fotografi arsitektur yang perlu diperhatikan;

1. Lighting, Bermain Cahaya
Eksplorasi cahaya yang menerpa bangunan sebagai objek foto. Bisa menggunakan cahaya alami (matahari), ataupun cahaya buatan menggunakan penerangan lampu LED atau semisalnya. jika menggunakan cahaya alami, usahakan bukan saat terik. Melainkan cahaya yang cenderung "kalem" seperti sekitar pada pukul 6 - 9 pagi hari.

2. Frame Orientation, Landscape atau Potrait?
Kenali objek yang akan difoto. Jika objeknya adalah lansekap atau bangunan meluas yang sangat lebar, tentu saja orientasi landscape lebih cocok. lain halnya jika objek foto merupakan bangunan tinggi, maka potrait akan lebih tepat untuk membuat bagian penting objek dapat ditangkap dengan baik.

3. Garis Horizon dan Perspektif
Anda bisa pelajari lebih dalam apa  yang dimaksud garis horizon. Secara singkat, itu seperti sebuah garis maya yang akan tergambar di foto yang akan diambil. Garis tersebut ada baiknya anda posisikan pada 1/3 dari frame foto anda. Selain itu, perspektif juga penting. Dalam mendokumentasikan objek arsitektural anda mungkin menggunakan level mata manusia, level ketinggian katak (dari bawah), atau level ketinggian burung (dari atas).

4. Lingkungan Sekitar Bangunan
Komunikasikan objek foto anda dengan suasana sekitarnya. Hal tersebut akan membuat hasil foto lebih hidup dan terasa harmonis.

5. Cahaya Malam, Suasana dan Teknik Bulbing
Cobalah memotret di malam hari. Ini memang membutuhkan pemahaman yang lebih kompleks dibanding fotografi dalam cahaya siang. Namun, jika berhasil Anda akan mendapatkan foto dengan nuansa baru. Perhatikan perpaduan ISO, Shutterspeed, dan bukaan Eksposure. Bahkan jika anda mencoba teknik bulbing, yaitu memotret dengan shutterspeed sangat rendah, anda memiliki kesempatan untuk mengabadikan bangunan dengan momen menarik berupa garis2 cahaya dari kendaraan yang melintas di sekitarnya.

6. Distance, Eksplorasi Jarak
Dengan memperhatikan jarak foto ke objek, Anda akan merasakan perbedaan detail dan komposisi dari frame foto anda.

7. Details, Bermain dengan Elemen, Ritme dan Tektonika
Foto mengenai detail-detail arsitektural adalah hal yang menarik. Jika mengunjungi bangunan yang khas pada ritme atau tektur tertentu, abadikanlah dalam foto Anda! itu adalah salah satu keunikan dalam fotografi arsitektural!


——————
Ref: Syaifiena Wijayanti, “Yuk Motret Arsitektur”/CrazyToycam Magazine
Image source: pixabay.com/ maxmann

Comments

Popular posts from this blog

Cara Menghitung Estimasi Kebutuhan Air Bersih pada Gedung Bertingkat Banyak

Sekilas tentang Vidya Spaey, Arsitek Perempuan Indonesia yang Mendunia

Rumah Semilir [House Design]