SAKAPARI 2020: Ngebahas apa aja sih?

Yogyakarta-1 Februari 2020. Sakapari adalah semacam seminar nasional yang rutin dihelat oleh jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia. Sesuai namanya, "Seminar Karya dan Pameran Arsitektur Indonesia" Sakapari menjadi sebuah wadah "formal" untuk mengenalkan berbagai karya mahasiswa, atau kolaborasi mahasiswa dengan dosen, alumni, bahkan diikuti peserta dari universitas lain. Memasuki kali yang ke-5 nya ini, tentu saja akan sangat sulit untuk menceritakan secara rinci apa saja yang sudah disampaikan di acara Sakapari 2020 ini. Namun, barangkali ada beberapa poin yang dapat kami bagikan dari sudut pandang peserta sekaligus presenter dalam sesi paralel.

SAKAPARI 2020: Ngebahas apa aja sih?, here we go.
Diawali dengan pengantar oleh ketua jurusan Arsitektur UII,  Nur Cholis Idham, PhD, IAI yang menyampaikan jumlah peserta/ presenter karya, yang juga diikuti oleh peserta dari UGM dan UMJ. Sakapari 2020 adalah sekaligus berkolaborasi dengan pusat studi +Sustainable in Architecture, sehingga membuat setidaknya 5 kelompok tema (tertera pada poster). Pada kesempatan ini Ia juga menyampaikan kabar gembira bahwa Arsitektur UII baru saja mendapatkan kembali akreditasi internasional oleh KAAB berdurasi 6 tahun (2020-2026). Kemudian dilanjutkan sambutan sekaligus pembukaan acara secara resmi oleh Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Miftahul Fauziah, MT, PhD.



Keynote Speaker: Prof. Ibrahim Nouman (Fatih Sultan Mehmet Vakif University - Turkey)
Membahas tentang arsitektur islam. Diawali dengan sejarah dan pemetaan penyebaran agama islam kemudian menilik bahwa bahkan dalam wilayah yang serumpun dan beriklim relatif sama pun umat islam memiliki begitu banyak variasi arsitektur. Karenanya, dalam pengantar singkatnya Prof. Nouman hanya membahas 2 bangunan yang dapat menjadi gambaran awal tentang arsitektur islam, Baitullah (mekah), dan Baitunnaby (rumah Mabi Muhammad & awal mula masjid nabawi). Salah satu poin yang patut digarisbawahi adalah bagaimana "masyarakat timur" dengan budaya ketimurannya memiliki prinsip yang berbeda dengan dunia barat. Architect dalam budaya barat sebatas dipahami sebagai archi + tekton (kepala pembangun), sedangkan dalam budaya ketimuran dan islam ada istilah "mimar" (seperti pada zaman kesultanan turki), yang memiliki akar kata "umr" yang berarti Tata Kehidupan. Sehingga dalam pandangan umat islam, seorang arsitek adalah selain penyongsong pembangunan juga merupakan seorang dapat mengajak dan memberikan pandangan baik dalam tata kehidupan antar manusia, terlebih lagi dengan sisi spiritualitas (keimanan).

Invited Speakers: Wazid, Dian, Mutia, Fachri, dan Furqon. 
Membawakan tema besar Arsitektur Tradisional Indonesia Timur, setiap pembicara undangan menyampaikan berbagai pengalaman menariknya di bermacam daerah Indonesia Timur. Mulai dari arsitektur Baruga, Rumah Adat Buton, Kampung Nggela di Ende, Gurusina, Juga Kampung Tarung di Bajo. Banyak sekali hal unik yang khas dari setiap tempat, hanya saja yang menjadi benang merahnya adalah bagaimana arsitektur tradisional memiliki sisi Tengible (kebendaan) dan Intengible (ketidak bendaan) yang menarik. Contohnya saja, dalam pembangunan sebuah rumah adat biasanya disertakan anak-anak untuk membantu dan berbagai macam ritual dan upacara (tengible), namun ternyata secara tidak langsung momen-momen tersebut juga menjadi estafet pembelajaran seni dan kemampuan membangun kepada generasi berikutnya sehingga tidak punah (intengible). Dalam sesi diskusi juga dibahas berbagai sudut pandang terkait pelestarian, material bangunan tradisional, dan mitigasi rumah adat terhadap ancaman kebakaran dan sebagainya.

Parralel Session
Peserta penyaji jurnal ilmiah dibagi ke dalam beberapa kelompok kelas sesuai tema dengan didampingi para moderator dari Dosen Arsitektur UII. Sesi tersebut memakan waktu beberapa jam dan tentu saja banyak sekali penelitian menarik. Kami yang berkesempatan menyimak di kelas Sains dan Teknologi Bangunan mendengarkan penelitian tentang material alternatif, pengkondisian termal, sebaran angin, intensitas sinar UV, dan masih banyak lagi. Setelah sesi presentasi pararel usai, seluruh peserta kembali ke auditorum dan untuk closing ceremony dan pemberian Blue Ribbon Award bagi peneliti KTI terbaik, Jurnal Sakapari terbaik, dan Penyaji Sakapari terbaik. 
Sekian. (/wir)

--------------------------------
Image Sources: 
1. https://architecture.uii.ac.id/sakapari-2020/#next
2. https://www.instagram.com/architecture.uii/

Comments

Popular posts from this blog

Cara Menghitung Estimasi Kebutuhan Air Bersih pada Gedung Bertingkat Banyak

Rumah Semilir [House Design]