Mengenal Cross-Sectional Properties

Hai, kembali lagi di Arsilogi.
Struktur memang bukan concern utama dari perkuliahan arsitektur. Tetapi pada dasarnya struktur adalah hal tak terpisahkan dari arsitektur. Setiap arsitek harus memahami prinsip-prinsip struktur, walaupun tidak sedetail ahli struktur.
Illustration by Free-Photos via Pixabay

Nah, kita akan coba bahas sedikit tentang prinsip dasar cross-sectional properties secara sederhana dan singkat, yang mungkin akan lebih ke bahasa "awam" dan tidak terlalu teknis. Let's go!

Sedikit pengantar. Jika biasanya kita membayangkan struktur adalah sistem kolom balok-pondasi, atau rangka atap dsb, kali ini pembahasannya akan lebih spesifik atau pada hal kecilnya. Bayangkan saja jika Anda memiliki sebuah kolom baja profil H kemudian diiris-iris seperti sosis, maka Anda akan menjumpai bentukan huruf H bukan? hal tersebut dapat disebut bentuk geometri penampang.

Nah, pada penampang tersebut, ada beberapa sifat (sebut saja: properties) yang menjadi identitas struktural dari penampang tersebut. Setidaknya ada 5 hal yang dapat diketahui:
Image by asisten matkul struktur- JARS UII
Mengenai definisi, mungkin bisa Anda cari di referensi yang lebih lengkap. Misalnya buku "statics strength materials architecture construction" - Barry Onouye atau lainnya.
Adapun di post ini kita hanya akan mengulas cara perhitungan yang kami rasa mudah dipahami dan dipraktikkan.

Sebenarnya beberapa petunjuk sudah tertera pada gambar di atas, namun dalam praktiknya akan lebih mudah apabila merunut dan menghitung dengan sistem tabel. Rumus dan kolom isian lengkap dapat Anda amati pada gambar berikut ini:

Contoh pengerjaan soal cross-sectional properties dengan menggunakan tabel. (Dokumen penulis)


 ____________________________________________________
Untuk menambah pemahaman Anda, berikut adalah beberapa catatan bebas versi kami:
  • Centroid (C) adalah titik berat atau bisa juga disebut titik kesetimbangan. Nah, posisi C ini tidak selalu/harus di dalam bidangnya.

  • Untuk modulus penampang, anggap saja di pinggir-pinggir penampang (serat terluar) itu ada nilai yang bisa diketahui. Karena itu, maka yang paling menentukan adalah besarannya itu perlu diketahui momen inersia di titik berat (C), dan berapa jaraknya pinggiran tersebut ke C itu tadi. Lihat Ilustrasi!
  • Untuk Radius girasi, anggap saja jika suatu saat suatu reaksi tidak bisa dipusatkan pada titik kesetimbangannya suatu penampang (C). Bisa jadi karena kebutuhan konfigurasi sambungan atau lainnya. Nah, dalam kondisi tersebut ada yang disebut dengan radius girasi, ibaratnya adalah jarak yang dibolehkan/ jarak toleransi dari C apabila reaksi tersebut harus bekerja tidak tepat pada posisi C persis. Atau bisa disebut juga radius girasi ini radius efektif dari nilai Momen Inersia (I) yang ada/terwakili pada C. (CMIIW at this point).
  • Nilai r ini dapat digunakan perhitungan tegangan puntir atau tekuk, dan lebih lanjut dapat membantu menentukan kelangsingan (dimensi) suatu kolom. Perhatikan ilustrasi!



Sumber: Asisten Mata Kuliah Struktur_JARS UII.


Sekian dulu post kali ini, maaf kalau cukup panjang. Nah tabel isian dan fromat file excel adalah hasil susunan kami pribadi yang mengadaptasi rumus dari berbagai referensi. Jadi kami sangat terbuka untuk saran/kritik yang membangun jikalau ada yang kurang atau luput dari tulisan ini. Jangan lupa bagikan, dan tinggalkan komentar Anda sebagai bentuk dukungan untuk Arsilogi.

Terimakasih, dan semoga bermanfaat!
(/wir)

Comments

Popular posts from this blog

Cara Menghitung Estimasi Kebutuhan Air Bersih pada Gedung Bertingkat Banyak

Rumah Semilir [House Design]